Postingan

Bayi Kami

“Tiga  hari aja gimana, Mas? soalnya kita kurang orangnya, Februari aja kita sudah  seperti  itu apalagi nanti  Maret ” ucap atasan suamiku di kantornya ketika suamiku mengajukan cuti seminggu untuk bertemu saya dan  Kaela . Chat tadi membuat saya menghela nafas sejenak dan saya pun kembali menatap layar monitor  dengan nanar  di loket  berwarna kuning menyala . Berbeda dengan warna loket, layar  di depan saya  ternyata oh ternyata  berwarna  putih suci tak bergerak  loading - nya . Selamat datang di jam-jamnya  coricori  mulai lelah. Kiranya sudah 2 bulan anak baru kami lahir di dunia . Alhamdulillah,   kami telah diamanahi  bayi kecil  nan  mungil bernama  coricori  di tengah-tengah perjalanan kami .  Terima kasih  telah  mempercayakan  kami sebagai orang tua.  Banyak yang bilang lahirnya anak kami ini prematur, makanya ia sempat viral di kalangan  sta...

Penusuk Sate

Malam itu benar-benar syahdu. Bukan gimik syahdu tapi benar-benar syahdu. Aku berjalan melewati dedaunan dengan angin yang berlarian kesana kemari. Entah bintang atau kunang-kunang, mereka benar-benar bertebaran di udara. Suara air mengalir dari sungai yang entah dimana. Lampu kuning berjajar tergantung di tiap sudut rumah. Ini seperti malam pinterest yang enggan sekali untuk dilewatkan.  Dibawah pohon besar, kulihat beberapa lelaki sedang menusuk sate. Wajah mereka sumringah penuh kehangatan. Ada muka Faisal, Iyek, suamiku, Kresno, Farid, Anan dan Cimeng sedang asik berbincang ria dengan daging mentah di tangannya. Jangan tanya dimana Ignaz, dia pasti sedang tidur di goa. Mereka menusuk sate sambil mengamati gerlapnya cahaya diatas kepala. Mataku berkaca-kaca. Aku tahu ini mimpi. Aku tahu ini memori masa lalu yang sangat aku rindukan. Memori kos lama yang sangat melekat di pikiranku. Aku merindukan bau sate di kos oren, bersama angkatanku.   Aku tahu kenapa aku bermimpi merek...

Mimpi Lagi

Senyum itu datang lagi. Aku terheran-heran, setelah sekian lama kamu terbang, kita masih saja saling menyapa meskipun aku di dunia dan kamu di angkasa. Pernahkah terlintas dipikiranmu bahwa dunia hampir usai terkena badai matahari? Jika benar, maukah kamu datang kembali ke bumi? Aku sekilas pernah melihat beritanya, dimana matahari marah dan berbisik dengan tetangga lain bahwa lelah memiliki hubungan dengan planet semenjengkelkan ini. Kamupun sering tertawa mengamati tingkah konyol kami seolah bangsamu lah yang paling suci. Hei. Tidak lelahlah kamu berkelana? Apa sebenarnya yang kamu cari di galaksi tak berpenghuni itu? Apakah banyak stroberi kesukaanmu? Apakah kamu tidak penasaran dengan keadaan di bumi? Atau paling tidak akan keadaanku? Baik, jika kamu membaca surat ini, kamu harus tahu bahwa presiden kami telah berganti. Kami baik-baik saja sejauh ini, aku pun baik, melanjutkan hidup sebagaimana manusia lainnya.  Ah, sudahlah. Semoga banyak stroberi yang menemanimu, karena aku t...

LDM Sampai Kapan?

Gambar
Sore itu saya memandangi gumpalan awan gelap yang berbaris, seolah sedang tahu keinginan saya terbang sampai jauh ke ujung angkasa. Seorang lelaki yang memiliki dua lesung pipi dengan mata sembab berjalan pelan dari sudut rumah menggendong ranselnya. Ia mendekat dan menyelipkan rambut saya yang jatuh ke wajah. Raut mukanya mendung dengan poni yang menutupi dahi. Kala itu lelaki saya pamit, mencium kening saya dengan mata lelahnya yang menghitam. Ia mengelus perut besar saya, yang berisi bakal jagoannya. Saya mengantarnya ke depan pintu kayu, lalu memeluknya erat-erat,  tersenyum kecil kepadanya dan ia pun membalas dengan manis, seolah tidak mau saling merayakan sedih di ujung pertemuan. Sempat tergelitik dengan perkataan teman, “A pa guna menikah jika akhirnya harus terpisah?” Kata banyak orang, inilah risiko yang memang harus kami ambil. Kan sudah tahu konsekuensinya menikah dengan sesama pegawai satu instansi, kami tidak diperbolehkan ditempatkan satu kantor. Kalau dari awal tida...

Gemini oh Gemini

Wah blog aku sepertinya sudah dirubung rayap purba, Pithecanthropus Rayapus Takterurus . Aku sudah lupa cara basa-basi nulis kata-kata indah, rapi nan puitis seperti sebelum-sebelumnya. Di malam yang sepi nan syahdu ini, ketika Kaela sudah tidur dan melepas nenennya, aku iseng membuka kembali akun facebookku. Kubukalah chat chat lama bersama temen, gebetan, mantan, dll ang ang ang. Mulailah aku bernostalgia dengan kenangan-kenangan lalu yang sangat mendebarkan. Bayangkan ketika orang yang kamu suka, tiba-tiba lewat di depan kamu. Jujur waktu itu sih aku pasti senyum-senyum malu, apalagi doi ikutan senyum juga🐒. Aku cukup kaget ternyata semenyenangkan itu masa muda. Dibalik pusingnya mikir ulangan semester dan ujian nasional yang tahun-tahun belakangan ini udah dihapuskan, ternyata banyak juga hal menarik yang mengiringinya. Ternyata aku yang dulu asik juga kalo diajak chatingan ang ang ang. Kok semakin uzur makin ga asik yak? Makin tua makin mager ngetik, makin mager nulis, makanya bl...

Kepada Kamu

Langit pagi itu mendung, empat kapal mengapung di lepas pantai dekat pelabuhan, mungkin sedang masa karantina covid19. Aku masih menyusuri pinggiran pantai dengan misi akan melupakanmu lebih mudah. Membayangkan betapa seringnya kita melewati jalanan ini, menaiki motor dan menghafalkan setiap kapal yang berlabuh. Sering kali kita bermimpi akan mengarungi lautan Sulawesi dengan salah satu kapal seperti kapiten. Pagi ini aku teringat seluruh jalan tikus di kota yang pernah kita lewati. Aku menghitung seluruh pohon di hutan yang membuatku bergidik saat melewatinya di malam petang. Aku menyimpan seluruh tetes hujan yang kita tampung bersama saat tertawa di perjalanan. Aku menghitung juga berapa Alfamart, Indomaret dan Alfamidi yang kita masuki hanya untuk mencari bumbu tempe dan sebungkus Chitato. Malam itu, Ingatanku melayang pada saat pertama kali aku menyayangimu. Saat kamu merengek bahwa kita akan memiliki masa depan. Saat kita berdebat dua atau tiga anak yang kita miliki dan ...

Entah Apa Judulnya

Gambar
Aku memandang wajahmu semalaman. Mencari selaput disetiap kulit wajahmu. Menyentuh setiap helai rambutmu di pagi hari. Kamu sungguh menyegarkan jiwaku yang semakin punah tepat diatas embun yang tak bisa jatuh dari daun. Memberikan harapan kepada gelasku yang berdebu agar terisi kembali. Dongeng dongengku mulai muncul. Entah apa yang aku ceritakan, kamu mulai memasuki dunianya.  Aku ingin mengutuk diri sendiri karena ketidakkonsistenanku seperti pengecut sejati di dunia. Sesungguhnya pintuku selalu tertutup rapat, tak ingin siapapun mengintip apa yang terjadi di dalamnya. Namun, kamu mengetuk lagi dan lagi, menggangguku tidur, membuatku berkeliaran seperti orang gila di bawah mendung sore. Aku kembali seperti orang bodoh yang mengizinkan orang lain masuk ke tempat rahasiaku yang gelap, menolak apapun yang dikatakan akal sehat semalaman. Sebenarnya tidak masalah jika kamu pergi saat tak menginginkanku lagi. Manusiawi jika seseorang meninggalkan yang lain disaat tidak ada la...