Bayi Kami
“Tiga hari aja gimana, Mas? soalnya kita kurang orangnya, Februari aja kita sudah seperti itu apalagi nanti Maret” ucap atasan suamiku di kantornya ketika suamiku mengajukan cuti seminggu untuk bertemu saya dan Kaela.
Chat tadi membuat saya menghela nafas sejenak dan saya pun kembali menatap layar monitor dengan nanar di loket berwarna kuning menyala. Berbeda dengan warna loket, layar di depan saya ternyata oh ternyata berwarna putih suci tak bergerak loading-nya. Selamat datang di jam-jamnya coricori mulai lelah. Kiranya sudah 2 bulan anak baru kami lahir di dunia. Alhamdulillah, kami telah diamanahi bayi kecil nan mungil bernama coricori di tengah-tengah perjalanan kami. Terima kasih telah mempercayakan kami sebagai orang tua. Banyak yang bilang lahirnya anak kami ini prematur, makanya ia sempat viral di kalangan staf keuangan setiap kantor saat awal-awal ia datang ke bumi. Namun dengan berjalannya waktu, bayi kami ini menjadi warna baru di segala kondisi. Ia pun mulai mudah kami pahami gerak-geriknya. Ingat semboyan kami, “Jangan salahkan anak kami, salahkan yang tidak memahami SOP.” Ehehe bercanda.
Tidak jarang aunty dan uncle yang menjenguk anak kami ini memuji kami, “wah lebih mudah ya.” Tak jarang pula wp bendahara yang lain mengeluh, “pusing saya mbak.”
Namun seperti orang tua pada umumnya, tentu saja saya berdoa yang terbaik untuk bayi kami, semoga yang dititipkan ke kami ini bisa bermanfaat di dunia dan akhirat serta dicintai oleh banyak orang. Semoga coricori dan para orang tua coricori selalu diluaskan hatinya, diberi kesehatan agar bisa terus jaga loket, apalagi jika bisa menjaga bayi kami di homebase masing-masing, pasti semakin oye ehehe.
#Ditulis saat akhir Februari menjelang SPT Tahunan. Semoga SPT Tahunan tahun depan, saya sudah bisa ketemu suami tanpa harus beli tiket pesawat😊
#Sekarang coricori udah makin dewasa, makin asiik, makin lancar! Gamau deh kalo disuruh balik ke zaman sebelum coricori ada🥰
Komentar
Posting Komentar